FM2BB Dibentuk untuk Kembalikan Visi Kabupaten
Radio Limawaktu, KBB - Dalam menghadapi Pilkada 2024, tokoh-tokoh di Kabupaten Bandung Barat membentuk Forum Musyawarah Masyarakat Bandung Barat (FM2BB) sebagai wadah aspirasi masyarakat.
Forum ini bertujuan untuk mengembalikan visi awal Kabupaten Bandung Barat saat memisahkan diri dari Kabupaten Bandung, dengan fokus pada pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Pentingnya pengelolaan potensi daerah agar dapat bersaing dengan kabupaten lain, meskipun Bandung Barat masih tergolong kabupaten baru," ujar Ketua Presidium FM2BB, Megaharry Pudjiharto.
Menurut Megaharry Pudjiharto, yang akrab disapa Mega, Kabupaten Bandung Barat telah menunjukkan perkembangan yang signifikan selama 17 tahun berdiri.
"Kepala daerah pertama, almarhum H. Abu Bakar, memiliki kinerja yang cukup baik, terbukti dengan adanya pusat pemerintahan sendiri yang awalnya hanya menyewa kantor. Pada periode kedua kepemimpinannya, Pak Abu Bakar berhasil memastikan pelayanan masyarakat berjalan lancar dan berupaya meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat Bandung Barat," terangnya.
Mega menjelaskan bahwa pada periode kedua, setelah dua tahun menjabat, bupati berikutnya harus mundur akibat kasus hukum dan digantikan oleh wakilnya yang seorang artis. Namun, kepemimpinan ini diwarnai oleh kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat, termasuk kebijakan yang bertentangan dengan nilai-nilai tradisional masyarakat Bandung Barat.
"Kita tidak bisa mencapai kesejahteraan dengan cara bermewah-mewahan, karena itu bertentangan dengan tradisi kita," kata Mega.
Dia juga menyoroti berbagai masalah birokrasi, seperti pembatalan mutasi, gagal bayar kepada pihak ketiga, dan defisit anggaran yang muncul di akhir pemerintahan.
"Situasi ini mendorong mereka untuk bermusyawarah mencari sosok pemimpin yang dapat memaksimalkan potensi Kabupaten Bandung Barat," harapnya.
Sekretaris FM2BB, Kustiwa Kartawirya, menjelaskan bahwa pembentukan Forum Musyawarah Masyarakat Bandung Barat (FM2BB) dipicu oleh berbagai masalah yang muncul menjelang akhir periode 2024.
Forum ini juga dimaksudkan untuk memanfaatkan momentum Pilkada guna memulihkan dan memperbarui Kabupaten Bandung Barat, agar kembali pada tujuan awal pemekarannya dari Kabupaten Bandung.
"Kami berharap akan ada pemulihan dan pembaruan di Kabupaten Bandung Barat," ujar Kustiwa.
Kustiwa Kartawirya menyatakan bahwa keanggotaan FM2BB terbuka bagi siapa saja dan lembaga apa pun yang ingin bergabung.
Forum ini akan menjadi tempat berdiskusi dan bermusyawarah mengenai berbagai hal terkait pemerintahan Kabupaten Bandung Barat.
"FM2BB hadir sebagai wadah untuk membenahi Bandung Barat di masa depan, dengan semangat 'nu urang, ti urang keur urang'," jelasnya.
Dewan Pakar FM2BB, Budi Sudrajat, menegaskan bahwa Kabupaten Bandung Barat saat ini membutuhkan perbaikan yang harus dimulai dari pemimpinannya.
Menurutnya, jika pemimpin saat ini dianggap kurang baik, maka diperlukan sosok dengan kredibilitas dan integritas yang tinggi.
"Jika kita menyimpulkan bahwa Bandung Barat perlu perbaikan, itu berarti kabupaten ini sedang sakit, dan penyakit yang dialami adalah penyakit kronis," ujar Budi.
Budi Sudrajat menyatakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki pemahaman mendalam tentang kondisi daerah yang dipimpinnya.
Mengingat Bandung Barat adalah daerah yang agamis dengan 475 pesantren, pemimpin harus memiliki wawasan keagamaan yang kuat.
"Seorang bupati dan wakilnya harus saling melengkapi, sehingga diperlukan keseimbangan antara seorang politisi dan seorang ulama," tambah Budi.
Budi Sudrajat mengungkapkan bahwa setelah pemekaran dari Kabupaten Bandung, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Bandung Barat mengalami penurunan.
Ketika masih menjadi bagian dari Kabupaten Bandung, IPM berada pada angka 72,4, namun setelah pemekaran, IPM turun menjadi 69,2. Penurunan ini menunjukkan adanya masalah serius di Bandung Barat.
"Menurut saya, Bandung Barat ini sudah mengalami penyakit kronis," ungkap Budi.
Daswan Muda, salah satu pendiri FM2BB, menilai bahwa Kabupaten Bandung Barat memiliki potensi besar, yang terlihat dari banyaknya kandidat luar daerah yang ingin maju dalam Pilkada.
Namun, ia menekankan bahwa calon pemimpin harus memiliki kapasitas dan integritas yang kuat.
Daswan juga mengingatkan bahwa ada beberapa artis yang ingin mencalonkan diri, tetapi jika mereka tidak memiliki kapasitas dan integritas, itu sama saja dengan bunuh diri politik.
"Pemimpin Bandung Barat harus siap mengabdikan diri untuk memperbaiki kondisi yang sedang kacau saat ini," tutupnya. (Bd20) *
0 Komentar