Namun, dalam konteks hukum, tidak semua hakim dapat diandalkan untuk membawa keadilan. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Hakim itu ada tiga golongan: satu orang di surga dan dua orang di neraka. Hakim yang berada di surga adalah seorang yang mengetahui kebenaran lalu menghukumi dengannya. Seorang hakim yang mengetahui kebenaran lalu berlaku zalim maka ia berada di neraka. Dan hakim yang memberikan keputusan untuk manusia di atas kebodohannya maka ia di neraka." (HR Abu Daud). Hadis ini mengingatkan kita akan pentingnya moralitas, pengetahuan, dan keadilan dalam keputusan hukum.
Ada tiga tipe hakim yang dapat kita pelajari dari ajaran ini. Pertama, hakim yang jujur, yang selalu berpegang pada kebenaran dan keadilan, serta berani berdiri teguh meskipun harus berhadapan dengan kekuasaan atau tekanan. Kedua, hakim yang culas, yang memiliki pengetahuan dan kemampuan, tetapi lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya, sehingga keadilan terabaikan. Ketiga, hakim yang pandir, yang tidak memiliki kapasitas yang memadai dalam hal ilmu dan pengalaman, sehingga keputusan yang diambil seringkali tanpa pertimbangan matang dan tidak adil.
Kisah lucu namun memilukan tentang hakim pandir yang diterbitkan dalam buku 30 Kisah Teladan karya KH Abdurrahman Arrosi menggambarkan betapa sebuah keputusan yang diambil oleh hakim yang tidak cakap dapat membawa malapetaka.
Dalam kisah tersebut, seorang pencuri yang terjatuh karena kayu jendela yang rapuh justru menuntut si orang kaya yang bakhil karena kelalaiannya. Hakim yang tidak berkompeten malah memutuskan untuk menghukum orang kaya, tukang kayu, hingga akhirnya malah jatuh ke dalam kebodohan yang lebih besar. Keputusan yang diambil tanpa pertimbangan yang tepat dan tanpa ilmu yang cukup hanya akan menciptakan kerusakan yang lebih luas.
Pesan moral yang bisa kita ambil adalah bahwa pemimpin, termasuk hakim, haruslah orang yang tepat, yang memiliki pengetahuan, moralitas, dan integritas. Kita diingatkan untuk selalu menjaga amanah, mendengarkan nasihat, terus belajar, dan tidak merasa cukup dengan apa yang kita ketahui. Kebodohan dalam pengambilan keputusan, terutama yang menyangkut kehidupan orang banyak, dapat menimbulkan petaka yang tidak hanya menyengsarakan diri sendiri tetapi juga orang lain.
Agama mengajarkan kita untuk memberikan amanah kepada yang ahli dan memiliki kapasitas. Jangan pernah mengabaikan pentingnya ilmu dan moralitas dalam memegang tanggung jawab, karena sebuah keputusan yang tidak bijaksana dapat memengaruhi kehidupan banyak orang. Kebodohan yang tidak disadari dapat mengorbankan keadilan dan kesejahteraan banyak pihak. (Bd20)
0 Komentar